KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

A. Faktor Penyebab Multikultural Di Indonesia
Merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa ditolak bahwa Negara Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain. Oleh karena itu, bangsa Indonesia disebut sebagai masyarakat multikultural yang unik dan rumit. Tahukah kamu apa yang menyebabkannya?
Pada dasarnya terdapat banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat multikultural dan multiras. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Sejarah Indonesia
Di mata dunia, Indonesia adalah negeri yang kaya dan subur. Segala sesuatu yang diperlukan semua bangsa tumbuh di Indonesia. Misalnya, palawija dan rempahrempah. Oleh karena itu, Indonesia menjadi negeri Incaran bagi bangsa lain. Sejak tahun 1605 bangsa Indonesia telah dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain yaitu Portugis, Belanda, Inggris, Cina, India, dan Arab. Kesemua bangsa tersebut datang dengan maksud dan tujuan masing-masing. Oleh karena itu, mereka tinggal dan menetap dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki struktur ras dan budaya yang makin beragam.

2. Faktor Geografis
Apabila dilihat secara geografisnya Indonesia berada di jalur persilangan transportasi laut yang ramai dan strategis. Karenanya banyak bangsa-bangsa pedagang singgah ke Indonesia sekadar untuk berdagang. Bangsa-bangsa tersebut seperti Arab, India, Portugis, Spanyol, Inggris, Jepang, Korea, Cina, Belanda, Jerman, dan lain-lain. Kesemua bangsa tersebut mempunyai struktur budaya yang berbeda-beda. Persinggahan ini mengakibatkan masuknya unsur budaya tertentu ke negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masuknya bahasa Inggris, bahasa Belanda, agama Islam, Nasrani, Hindu, dan Buddha.

3. Faktor Bentuk Fisik Indonesia
Apabila dilihat dari struktur geologinya, bangsa Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng benua besar. Hal ini menjadikan Indonesia berbentuk negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau. Masing-masing pulau mempunyai karakteristik fisik sendiri-sendiri. Untuk mempertahankan hidup, masyarakat di masing-masing pulau mempunyai cara yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi fisik daerahnya. Oleh karena itu, masing-masing pulau juga mempunyai perkembangan yang berbeda-beda pula. Teknologi, budaya, seni, bahasa mereka pun berbeda-beda yang akhirnya membentuk masyarakat multikultural.


4. Pengaruh Kebudayaan asing
Letak Indonesia yang strategis antara Samudera Hindia dan Pasifik sangat mempengaruhi proses multicultural, seperti unsur kebudayaan dan agama.  pedagang muslim dari Gujarat dan Persia mulai mengunjungi Indonesia melakukan perdagangan. Bersamaan dengan berdagang, penduduk Gujarat dan Arab melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah sekitar. Selanjutnya di tahun 1511, Portugis tiba di Indonesia. Awalnya kedatangan Portugis bertujuan untuk mencari rempah, namun lambat laun mereka juga menyebarkan agama Kristen. Serentetan perjalanan sejarah ini menghasilkan lebih dari lima puluh kelompok suku bangsa di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke yang terdiri atas suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Bugis, Batak, Bali, Ambon, Dayak, Sasak, Aceh, dan lain-lain.

5. Faktor Perbedaan Struktur Geologi
Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa pada dasarya Indonsia terletak di antara tiga pertemuan lempeng, yaitu lempeng Asia, Australia, dan Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia mempunyai tiga tipe struktur geologi yaitu tipe Asia dengan struktur geologi Indonesia Barat, tipe peralihan dengan zona geologi dengan struktur geologi Indonesia Tengah, dan tipe Australia dengan struktur geologi Indonesia Timur. Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan ras, suku, jenis flora dan faunanya.


Pada pembahasan di depan telah diungkapkan secara jelas tentang masyarakat multikultural. Pada dasarnya pendidikan multikultural memang sangat diperlukan untuk memberikan landasan multikulturalisme. Pendidikan multikultural diyakini sebagai langkah awal untuk mencegah semakin banyaknya konflik etnis yang terjadi. Oleh karena itu, tidak ada salahnya apabila kita memperdalam wawasan dan pengetahuan kita tentang
masyarakat multikultural. Bersama kelompokmu cobalah menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang masyarakat multikultural. Manfaatkan artikel-artikel di media massa atau situs-situs internet untuk mengerjakan aktivitas ini. Berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang ada rumuskan pengertian masyarakat multikultural dan tentukan pula ciri-ciri masyarakat multikultural. Tulislah hasilnya dalam bentuk laporan dan bacakan di depan kelas.

B. Proses Terjadinya Keragaman Suku Bangsa Indonesia
Jika dilihat berdasarkan letak geografisnya, Indonesia adalah negara kepulauan yang terpisahkan oleh lautan luas. Kondisi ini menjadikan setiap pulau mengembangkan budayanya sendiri-sendiri. Akibatnya, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang majemuk, dihuni oleh ratusan kelompok suku serta kaya akan bahasa dan kebudayaan daerah. Secara umum, keragaman Indonesia ditandai oleh kemajemukan suku bangsa dan bahasa (sekitar 250 dialek), agama (Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Konghucu, Protestan, dan lain-lain), kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (sekitar 400 aliran), system hukum (nasional, agama, adat, sistem kekerabatan), serta system perkawinan (monogami dan poligami). Kesemua ini melukiskan kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya.
Keanekaragaman dan kemajemukan ini tidak lepas dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Lantas, bagaimanakah keragaman suku bangsa Indonesia terbentuk? Tentunya
proses ini tidak berjalan secara sederhana, namun melalui proses yang panjang. Mulanya penghuni pertama Indonesia sekitar 500.000 tahun yang lalu bernama Pithecanthropus erectus ditemukan di Pulau Jawa dekat Sungai Bengawan Solo. Selanjutnya, tahun 1891 dan 1892 di Desa Trinil ditemukan Homo soloensis. Homo soloensis dengan karakteristik yang mirip dengan masyarakat Austromelanosoid telah menjelajah ke barat (Sumatra) dan timur (Papua). Selama penjelajahan tentunya mereka memengaruhinya dan terpengaruhi oleh daerah sekitarnya.
Pada masa 3000–500 Sebelum Masehi, Indonesia telah dihuni oleh penduduk migran submongoloid dari Asia yang di kemudian hari menikah dengan penduduk Indigenous. Pada 1000 Sebelum Masehi pernikahan silang masih terjadi dengan penduduk migrant Indo-Arian dari Asia Selatan, subsuku ini dari India. Alhasil, masuknya para pendatang dari India dan menyebarkan agama Hindu ke seluruh kepulauan.
Pada abad XIII, pedagang muslim dari Gujarat dan Persia mulai mengunjungi Indonesia melakukan perdagangan. Bersamaan dengan berdagang, penduduk Gujarat dan Arab melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah sekitar. Selanjutnya di tahun 1511, Portugis tiba di Indonesia. Awalnya kedatangan Portugis bertujuan untuk mencari rempah, namun lambat laun mereka juga menyebarkan agama Kristen. Serentetan perjalanan sejarah ini menghasilkan lebih dari lima puluh kelompok suku bangsa di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke yang terdiri atas suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Bugis, Batak, Bali, Ambon, Dayak, Sasak, Aceh, dan lain-lain.
Kebhinekaan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari :
 Secara Horizontal: melalui perbedaan fisik/ras, perbedaan suku bangsa, perbedaan agama dan perbedaan jenis kelamin
 Secara Vertikal: melalui perbedaan tingkatan secara hierarki dan kelas-kelas sosial.

C. Keragaman Suku Bangsa Indonesia di Bagian Barat, Tengah, dan Timur
Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia memiliki puluhan, bahkan ratusan suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Keberagaman suku bangsa menjadi karakteristik tersendiri bagi Indonesia. Misalnya, di Kepulauan Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali, dan Jawa berbagai macam aneka tradisi dan karya budaya tumbuh dan berkembang seperti aneka tarian, arsitektur, rumah adat, candi, kerajinan tangan, dan jenis makanan. Kesemua itu menjadi berbeda di setiap suku bangsanya. Melihat realitas ini dapat dibayangkan betapa kaya dan indahnya kebudayaan Indonesia. Nah, kali ini kita akan mengkaji lebih dalam tentang kekayaan kultur Indonesia dari barat sampai ke timur.

1. Suku Bangsa Mentawai
Orang Mentawai bertempat tinggal di Kepulauan Mentawai, yaitu di pulau-pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Umumnya, mereka masih tinggal di daerah-daerah hutan tropik. Desa-desa yang ada biasanya terletak di muara sungai, jaraknya lima kilometer dari pantai. Mata pencaharian suku Mentawai adalah berkebun dengan cara membuka sebidang tanah di hutan dengan cara memotong belukar dan menebang pohon-pohon yang kecil. Selain berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, orang Mentawai juga menangkap ikan dan berburu di hutan. Umumnya orang Mentawai telah menganut agama. Agama yang ada adalah Kristen, Katolik, dan Islam, walaupun nilainilai tradisi masih melekat dengan kuat.

2. Suku Bangsa Nias
Pulau Nias merupakan pulau terbesar di sebelah barat Sumatra. Orang Nias mendiami Kabupaten Nias yang terdiri atas satu pulau besar utama dan beberapa pulau kecil, seperti Pulau Hikano di Karat, Senau dan Lafau di utara dan Pulau Batu di selatan. Bahasa yang berkembang pada suku Nias mempunyai dua logat, yaitu logat di Nias Utara dan Nias Selatan atau Tello. Logat yang pertama digunakan di Nias bagian utara, timur, dan barat. Sedangkan yang kedua digunakan di Nias bagian tengah, selatan, dan Kepulauan Batu. Umumnya mata pencaharian orang Nias adalah bercocok tanam dan berladang. Sedangkan mata pencaharian tambahan adalah berburu, menangkap ikan, beternak, dan pertukangan. Sistem religi yang berkembang pada orang Nias sudah sangat beragam. Menurut catatan tahun 1967, jumlah pemeluk agama di Nias yaitu Kristen Protestan 295.244 jiwa, Islam 30.163 jiwa, Katolik 24.485 jiwa, Pelega 2.658 jiwa, dan Buddha 288 jiwa.


3. Suku Bangsa Minangkabau
Mayoritas suku Minang bertempat tinggal di Sumatra Barat. Suku Minang hidup dengan budaya matriarkal. Budaya matriarchal menyentuh sendi kehidupan suku Minang, di mana garis keturunan mereka ditentukan oleh garis keturunan ibu, yang dikenal dengan budaya Bundo Kanduang. Namun demikian, budaya matriarkal tidak menyentuh pada lembaga pemerintahan, karena di dalam memerintah  laki-laki masih mendominasi kekuasaan dibandingkan kaum perempuan. Hal ini dikarenakan pengaruh agama Islam yang kuat di kalangan suku Minang. Umumnya orang Minang menggunakan bahasa mereka sendiri, yaitu bahasa Minangkabau. Bahasa ini erat kaitannya dengan bahasa Melayu. Pada dasarnya antara bahasa Melayu dengan Minangkabau memiliki banyak kesamaan. Berbicara tentang mata pencaharian hidup, sebagian besar suku Minang hidup dengan bercocok tanam. Mereka mengusahakan sawah di daerah yang tinggi untuk menanam sayursayuran. Di daerah kurang subur, mereka menanam pisang, ubi jalar, dan sebagainya. Sementara di daerah pesisir, mereka hidup dari hasil kelapa dan menangkap ikan.

4. Suku Bangsa Batak
Sebagian besar suku bangsa Batak mendiami daerah pegunungan Sumatra Utara, mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh di utara sampai ke perbatasan Riau dan Sumatra Barat sebelah selatan. Selain itu, orang Batak juga mendiami tanah datar yang berada di antara daerah pegunungan pantai timur Sumatra Utara dan pantai barat Sumatra Utara. Dengan demikian, suku Batak mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, Mandailing, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Suku bangsa Batak terdiri atas beberapa subsuku antara lain suku Karo (mendiami di Dataran Tinggi Karo, Langkat, Hulu, Serdang Hulu, dan Deli Hulu), suku Simalungun (mendiami di daerah Simalungun), suku Pakpak (mendiami daerah Dairi), suku Toba (mendiami suatu daerah induk yang meliputi daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba, daerah Asahan, Silindung, daerah antara Barus dan Sibolga), suku Angkola (mendiami daerah induk Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga dan Batang Toru dan sebagian utara dari Padang Lawas), serta suku Mandailing (mendiami daerah induk Mandailing, Ulu, Pakatan, dan bagian selatan dari Padang Lawas). Dikenal beberapa logat bahasa yang berkembang di suku Batak. Logat-logat tersebut antara lain, logat Karo yang dipakai oleh orang Karo, logat Pakpak dipakai oleh orang Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh orang Simalungun, dan logat Toba dipakai oleh orang Toba, Angkola, serta Mandailing. Sejak permulaan abad XIX Batak mengenal beberapa agama baru yaitu agama Islam, Kristen Protestan, dan Katolik. Walaupun begitu masih banyak kepercayaan-kepercayaan yang hidup, terutama di antara penduduk pedesaan.


5. Suku Bangsa Jawa
Suku bangsa Jawa tinggal dan menetap di Pulau Jawa. Namun, tidak semua wilayah di Pulau Jawa dihuni oleh suku Jawa. Di Pulau Jawa bagian barat dihuni oleh suku Sunda dan di ujung timur dihuni oleh suku Madura. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa yang mengenal akan tingkatan-tingkatan, yaitu bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Bahasa Jawa Ngoko digunakan untuk orang yang usianya lebih muda, untuk orang yang status sosialnya lebih rendah dan untuk orang yang sudah sangat akrab. Bahasa Jawa Ngoko memiliki dua tingkatan lagi apabila dilihat dari penggunaannya, yaitu Ngoko Lugu dan Ngoko Andap. Sedang bahasa Jawa Krama dipergunakan untuk berbicara dengan orang yang statusnya lebih tinggi dan usianya lebih tua. Sebagian besar suku Jawa bermata pencaharian sebagai petani, selain itu ada pula pegawai negeri, pedagang, nelayan, dan pertukangan. Sistem kepercayaan suku Jawa pun sangat beragam selain lima agama resmi (Islam, Kristen Protestan, Katolik, Buddha, dan Hindu) terdapat pula kepercayaan lain yang berkembang.

6. Suku Bangsa Dayak
Suku bangsa Dayak sebagian besar hidup di Pulau Kalimantan. Suku Dayak terdiri atas beberapa macam subsuku seperti Dayak Ngaju, Dayak Punan, Dayak Maanyan, Lawangan, Katingan, dan Dayak Ot. Dalam Dayak Ot masih terdapat sub-subsuku, yaitu Ot-Siauw, Ot-Paridan, Ot-Danum, Ot-Olong-olong, dan sebagainya. Suku Dayak Ngaju menempati sepanjang sungai-sungai besar di Kalimantan Tengah seperti Kapuas, Kahayan, Rungan-Manuhin, Barito, dan Katingan. Suku Ot-Danum menempati sepanjang hulu sungai-sungai besar seperti Kahayan, Rungan, Barito, dan Kapuas dan di hulu anak Sungai Kapuas. Sedangkan bangsa Maanyan tersebar di berbagai bagian Kabupaten Barito Selatan, yaitu di tepi timur Sungai Barito. Umumnya sebagian besar masyarakat Dayak menggunakan bahasa yang disebut keluarga bahasa Barito. Selain itu, sebagian besar masyarakat suku Dayak bermata pencaharian berladang dan berburu. Dalam masyarakat suku Dayak berkembang empat kepercayaan atau religi, yaitu agama Islam, pribumi, Katolik, dan Kristen Protestan. Agama pribumi sering disebut dengan Kaharingan. Kaharingan memercayai bahwa alam sekitarnya penuh dengan makhluk halus atau rohroh yang biasanya menempati tiang rumah, batu besar, pohon besar, hutan belukar, air, dan sebagainya.



7. Suku Bangsa Minahasa
Suku bangsa Minahasa sebagian besar mendiami Sulawesi Utara. Sebelah utara Minahasa adalah orang Sangir-Talaud, sedangkan di sebelah selatan orang Bolaang-Mongondow. Oleh karena letak geografisnya yang luas, maka dalam suku Minahasa berkembang cukup banyak dialek atau bahasa yang digunakan. Dialek-dialek tersebut antara lain:
a. Tonsea dengan dialek Tonsea yang mendiami daerah sekitar bagian timur laut.
b. Tombalu dengan dialek Tombalu yang mendiami daerah sekitar barat laut Danau Tondano.
c. Tontemboan dengan dialek Tontemboan yang mendiami daerah sekitar barat daya dan selatan Danau Tondano atau bagian barat daya daerah Minahasa.
d. Toulour dengan dialek Toulour yang mendiami daerah bagian timur dan pesisir Danau Tondano.
e. Tonsawang atau Tonsini dengan dialek Tonsawang yang mendiami daerah bagian tengah Minahasa Selatan atau daerah Tombatu.
f. Ratahan
g. Ponosakan, orang Ratahan, dan Ponosakan mendiami daerah bagian tenggara Minahasa.
h. Batik, bahasa Ratasan dan Batik berbeda dengan dialek-dialek Minahasa, tetapi memiliki banyak unsur yang sama dengan bahasa Sangir.

Sebagian besar masyarakat suku Minahasa bermata pencaharian sebagai petani ladang dan nelayan. Selain itu, ada pula yang menjadi seorang pengrajin tikar, aneka wadah yang terbuat dari kaukur, silar, kulit, dan isi dari sejenis bambu yang tipis. Sementara itu, 90% suku Minahasa memeluk agama Kristen dan Katolik. Sedangkan sisanya 7% adalah pemeluk agama Islam dan 3% penganut Buddha. Agama pribumi sendiri sudah tidak banyak dianut oleh masyarakat.

8. Suku Bangsa Bugis-Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan dihuni empat suku bangsa besar, yaitu Bugis, Toraja, Makassar, dan Mandar. Suku Bugis mendiami Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Didenreng-Rappang, Pinreng, Polewali-Mamasa, Enrekeng, Luwu, Pare-Pare, Barru, Pangkajemen Kepulauan, dan Maros. Sedang orang Makassar mendiami kabupaten-kabupaten Gowa, Takalar, Jenepoto, Bantaeng, Maros, Pangkajene. Daerah peralihan Bugis-Makassar yaitu penduduk Kepulauan Selayar. Umumnya orang Bugis menggunakan bahasa Ugi dan orang Makassar menggunakan bahasa Mangasara. Keberadaan suku Bugis-Makassar di Indonesia terkenal sebagai pelaut yang tangguh. Perahu-perahu mereka yang bertipe Pinisi dan Lamb telah mengarungi Nusantara sampai ke Sri Lanka dan Filipina. Selain itu, suku Bugis-Makassar mampu mengembangkan teknik dan sistem pelayaran. Bahkan, telah memiliki hukum hingga dalam  pelayaran yang dinamakan Ade’ Allopoloping Bicaranna Pabbalu’e. Sebagian masyarakat Bugis dan Makassar masih menganut sistem adat yang sakral.

9. Suku Bangsa Flores
Suku Flores mendiami kelompok kepulauan yang terdiri atas Pulau Komodo, Rinca, Ende, Solor, Adonarai, Lomblem, dan lain-lain. Suku bangsa Flores terdiri atas sub-subsuku antara lain Manggarai, Orang Riuna, Orang Ngada, Orang Nage-keo, Orang Ende, Orang Lio, Orang Sikka, dan Orang Larantuka. Umumnya suku Flores bermata pencaharian sebagai petani ladang. Kaum laki-laki bekerja sama membuka hutan, memotong, dan membersihkan belukar, membakar daun-daunan, batang-batang, dan cabang-cabang yang telah ditebang. Sebagian besar suku Manggarai adalah penganut agama Katolik. Namun, ada juga yang beragama Kristen Protestan. Selain itu, kepercayaan terhadap roh nenek moyang pun masih tumbuh dan berkembang.

Tabel Suku Bangsa di Indonesia
Suku Abung    Suku Eropa-Indonesia   Suku orang laut
Suku Aceh    Suku Papua/Irian    Suku Palempang
Suku Alas Kluet   Suku Flores     Suku Pasemah
Suku Alor    Suku Pamona    Suku Pesisi
Suku Ambon    Suku Gayo     Suku Rohe
Suku Ampana   Suku Gorontalo    Suku Rohe
Suku Anak Dalam   Suku Rawa     Suku Rohe
Suku Aneuk Jamee   Suku Rejang     Suku Sasak
Suku Arab-Indonesia  Suku India-Indonesia   Suku Sekak Bangku
Suku Aru    Suku Jawa     Suku Sekayu
Suku Bali    Suku Jambi     Suku Semeodo
Suku Baduy    Suku Kaur     Suku Sumbawa
Suku Bajau    Suku Kayu Agung    Suku Samba
Suku Bakumpai   Suku Kerinci     Suku Sunda
Suku Bangka    Suku Komering    Suku Talaud
Suku Banjar    Suku Konjo Pegunungan   Suku Talang Mamak
Suku Batak    Suku Konjo Pesisir    Suku Tenggarong Kutai
Suku Batin    Suku Kubu     Suku Ternate
Suku Bawean    Suku Kutai     Suku Tidore
Suku Belitung   Suku Kluet     Suku Timor
Suku Bentong   Suku Krui     Suku Tionghoa-Indonesia
Suku Berau   Suku Lampung    Suku Tojo
Suku Betawi    Suku Lematang    Suku Toraja
Suku Bima    Suku Lembak    Suku Tomini
Suku Boti    Suku Lintang     Suku Una-Una
Suku Bolang Mongondow  Suku Lom     Suku Walio
Suku Bugis    Suku Lore     Suku Duri
Suku Buku    Suku Lubu     Suku Donggo
Suku Buol    Suku Madura     Suku Dompu
Suku Buton    Suku Makassar    Suku Dohoi
Suku Damal    Suku Mamasa (Toraja Barat) Suku Nias
Suku Dameles   Suku Mandailing    Suku Muko-Muko
Suku Dani    Suku Mandar     Suku Mori
Suku Dayak    Suku Melayu     Suku Minang
Suku Mentawai   Suku Minahasa


Pada deskripsi di depan telah dijelaskan beberapa suku bangsa yang ada di Indonesia. Sebagaimana negara Kepulauan Indonesia memiliki puluhan, bahkan ratusan suku bangsa tumbuh dan hidup di bangsa ini. Untuk menambah wawasan akan keragaman suku bangsa Indonesia, cobalah selesaikan dua tugas berikut.
a. Bersama kelompokmu buatlah sebuah tulisan tentang keanekaragaman suku bangsa di Indonesia dari barat sampai ke timur. Manfaatkan bukubuku perpustakaan atau artikel-artikel di media massa dan internet untuk memudahkanmu dalam penulisannya.
b. Bermodalkan tulisanmu, adakan diskusi interaktif kelas. Caranya bacakan hasil tulisanmu di depan kelas. Ajak kelompok lain untuk menanggapinya baik berupa sanggahan, pertanyaan, ataupun berupa saran. Dengan begitu kita akan menjadi semakin memahami dan mengerti keanekaragaman suku di Indonesia. Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi dalam selembar kertas, selanjutnya kumpulkan kepada guru sebagai bahan penilaian atas prestasimu.

D. Dampak Perubahan bagi Kelompok- Kelompok Sosial di Indonesia
Seiring dengan derasnya arus globalisasi tentunya membawa pengaruh tersendiri bagi bangsa Indonesia. Perubahan demi perubahan terjadi begitu cepat. Perubahan di bidang pertanian, kesehatan, politik, sosial, bahkan cara pandang dan gaya hidup masyarakat mampu menggeser nilai-nilai yang ada. Sebagaimana bangsa yang memiliki kemajemukan tentunya perubahan ini membawa dampak yang luar baisa, yaitu mampu memunculkan konflik vertikal, horizontal, terkendalanya pencapaian integrasi, dan sulitnya terselenggara
keadilan. Untuk lebih jelasnya simak dan perhatikan materi di bawah ini.

1. Munculnya Konflik Vertikal
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam suatu struktur pemerintahan. Sebagai contohnya, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan akan kenaikan BBM (bahan bakar minyak), saat itu muncul konflik vertikal antara pemerintah dan rakyat di berbagai wilayah. Contoh lain manakala muncul Undang-Undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Konflik tersebut terjadi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Dalam hal ini setiap daerah berhak mengelola apa yang ada di dalam wilayahnya sendiri. Padahal setiap wilayah mempunyai keterikatan kebutuhan satu sama lain. Adanya undang-undang otonomi daerah menjadikan wilayah atau daerah yang kurang berpotensi menjadi semakin terbatas.

2. Munculnya Konflik Horizontal
Pada hakikatnya konflik horizontal adalah konflik sosial antarpihak yang setara kedudukannya. Contoh konflik antaragama, antargolongan, konflik antarras, dan antarsuku. Akhir-akhir ini konflik horizontal sering kali terjadi di Indonesia. Poso, Aceh, Maluku, Papua, adalah saksi hidup dari sebuah konflik horizontal. Umumnya konflik horizontal bersumber pada perbedaan struktur budaya dan tata nilai yang berkembang menimbulkan kesenjangan yang akhirnya menjadi perbedaan kepentingan. Perubahan yang terjadi di satu wilayah tanpa dibarengi perubahan wilayah lain sangat mungkin memunculkan sebuah konflik horizontal. Untuk itulah diperlukan berbagai upaya guna mencegah konflik antarsuku seperti menumbuhkan sikap menghargai setiap perbedaan yang ada, membentuk forum komunikasi lintas suku, menumbuhkan sikap toleransi antarsuku, menumbuhkan rasa bangga terhadap bangsa Indonesia.

3. Terkendalanya Pencapaian Integrasi
Umumnya semua bangsa merindukan integrasi sosial. Terlebih bangsa Indonesia sebagai bangsa majemuk yang memiliki perbedaan ras, suku, agama, dan golongan. Integrasi sosial menjadi tujuan utama dalam mencapai kedamaian bangsa. Lantas, apa itu proses integrasi sosial? Proses integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di antara unsur-unsur sosial yang berbeda-beda sehingga membentuk suatu kesatuan masyarakat yang serasi. Kebinekaan yang dimiliki Indonesia menjadi penyebab utama sulitnya pencapaian integrasi. Terlebih adanya perubahan-perubahan di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya menjadikan integrasi sosial seolah sebuah impian yang sulit untuk dicapai. Konflik demi konflik sering kali terjadi ketika Indonesia memulai suatu babakan baru dengan membuat perubahan demi kemajuan bangsa. Hal ini tampak dari penyusunan undangundang pemilu, undang-undang sisdiknas, tentang kerja sama dengan IMF, juga tentang kebijakan mengenai berbagai upaya penyelenggaraan negara. Adanya latar belakang yang berbeda (ras, etnis, agama, suku, dan lain-lain) sering kali menyebabkan pencapaian suatu kebijakan menjadi terhalang. Elite politik dalam sistem pemerintahan mulai berjalan atas nama kepentingan masing-masing bahkan di antara mereka mulai bersifat nonkomplementer, yaitu tidak senang mendukung dan melengkapi dalam suatu kesatuan setiap mereka menganggap orang lain sebagai musuh yang harus dijatuhkan. Situasi ini mendorong munculnya konflik yang akhirnya menjadikan proses integrasi sosial sulit terwujud. Kebhinnekaan yang dimiliki Indonesia menjadi penyebab utama sulitnya pencapaian
Integrasi suku bangsa dalam kesatuan nasional menjadi bangsa Indonesia dalam kesatuan  wilayah Negara Indonesia, paling tidak dipicu oleh empat peristiwa penting, yaitu sebagai berikut:
 Kerajaan Sriwijaya (Abad ke VII) dan Majapahit (Abad ke XIII) telah mempersatukan suku bangsa-suku bangsa Indonesia dalam kesatuan politis, ekonomis dan sosial
 Kekuasaan Kolonialisme Belanda selama tiga setengah abad telah menyatukan suku bangsa-suku bangsa di Indonesia dalam satu kesatuan nasib dan cita-cita
 Selama periode pergerakan nasional, para pemuda Indonesia telah menolak menonjolkan isu kesukubangsaan dan melahirkan sumpah pemuda.
 Proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 agustus 1945 yang mendapat dukungan dari semua suku bangsa di Indonesia yang mengalami nasib yang sama di bawah penjajahan Belanda dan Jepang.




Di tengah derasnya arus globalisasi, tidak dapat dimungkiri setiap Negara mengalami perubahan di segala bidang kehidupan. Perubahan-perubahan yang terjadi membawa dampak baik positif maupun negatif. Dalam masyarakat majemuk konsekuensi perubahan sosial, ekonomi, politik, bahkan budaya dialami pula oleh setiap kelompok sosial (suku, adat, etnis, agama) yang ada. Nah, sekarang cobalah kaji dan analisis konsekuensi dari setiap perubahan terhadap kelompok sosial (suku, adat, etnis, dan agama) yang ada di Indonesia. Manfaatkan buku-buku referensi, artikelartikel di media massa atau internet untuk menyelesaikan ini. Dengan datadata dan pengetahuan yang kalian dapatkan buatlah kajian tentang dampak perubahan terhadap masyarakat majemuk Indonesia. Tulislah hasilnya dalam bentuk portofolio dan presentasikan di depan kelas.


E. Upaya Pencegahan Munculnya Masalah Keragaman Suku Bangsa
Keragaman suku bangsa merupakan sesuatu yang berharga dan mempunyai nilai tambah di mata dunia. Hal inilah yang menjadi dasar pijakan dalam mengatasi dan menyelesaikan permasalahan yang muncul sebagai akibat keanekaragaman. Oleh karena itu, beberapa macam upaya dan tindakan-tindakan dilakukan untuk mencegah munculnya masalah keragaman suku bangsa. Upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Melakukan Penyatuan Ras, Suku, dan Agama
Dalam proses integration atau pembauran setiap ras, suku, dan agama menyatu menjadi satu keseluruhan yang tidak dapat dibedakan. Pembauran ras, suku, dan agama dapat berlangsung manakala terjadi hubungan yang semakin efektif di antara mereka. Apabila melihat kondisi Indonesia yang penuh keanekaragaman, proses ini sangat diperlukan. Namun, perlu diketahui bersama bahwa dalam pembauran diperlukan sikap kearifan, yaitu tidak memandang perbedaan yang ada, mengutamakan keutuhan bangsa di atas kepentingan kelompok serta memberi kesempatan adanya penyatuan dengan perkawinan multiras, multisuku, dan multiagama yang sesuai dengan hak asasi manusia. Melalui proses ini perbedaan-perbedaan yang ada dapat bersatu dalam satu kesatuan yang damai. Namun, tidak dapat dimungkiri pencapaian proses ini diperlukan suatu perjuangan yang keras yang mendatangkan sikap pro dan kontra dari masyarakat. Akan tetapi, jika semuanya dilandasi sikap cinta damai, maka dapat dipastikan proses penyatuan mudah dan dapat terjadi.






2. Menumbuhkan Sikap Nasionalisme
Kesulitan hidup dan semakin rendahnya rasa nasionalisme di kalangan orang Indonesia, jelas mampu menumbuhkan dan memunculkan permasalahan yang semakin rumit. Oleh karena itu, sikap nasionalisme perlu ditumbuhkan. Pada dasarnya nasionalisme merupakan fondasi untuk terciptanya suatu bangsa yang berdaulat baik ke dalam maupun ke luar sekaligus jaminan hidup suatu bangsa di mata dunia. Dengan sikap nasionalisme maka hambatan Indonesia untuk bersatu semakin menipis. Paham Barat yang dapat memicu munculnya konflik sosial ditangkis dengan rasa nasionalisme. Selain itu, rasa cinta tanah air yang ditumbuhkan melalui nasionalisme menjadikan seseorang tidak rela apabila tanah airnya terkoyak oleh adanya konflik, sehingga ia akan menjaga kesatuan yang ada dengan menghormati dan menghargai keanekaragaman.

3. Mengembangkan Sikap Toleransi
Dalam mencegah permasalahan akibat keanekaragaman, sikap toleransi antarperbedaan yang ada sangat diperlukan. Lantas, apa yang dimaksud dengan toleransi? Toleransi itu berasal dari kata tolerare yang berarti menahan diri, bersikap sabar, dan membiarkan orang berpendapat lain. Bisa juga berarti berlapang dada terhadap orang-orang yang berlainan aliran. Orang yang toleran adalah orang yang bersikap menghargai pendirian, kepercayaan, atau perilaku yang berbeda bahkan bertentangan dengan pendiriannya sendiri. Yang menjadi dasar sikap ini adalah perwujudan dan penghargaan hak asasi dari manusia yang lain.
Sikap toleransi itu merupakan kunci dalam kehidupan masyarakat yang multikultur. Mengapa? Masing-masing warga masyarakat tentu mempunyai perilaku dan latar belakang sosial budaya yang beragam. Apa jadinya apabila kita tidak toleran dengan keragaman itu? Itu baru menyangkut sebuah masyarakat, belum menyangkut kehidupan berbangsa kita yang multietnis, multiras, dan multikultural. Kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, seandainya sikap ini tidak kita temukan dalam diri warga suku bangsa-suku bangsa di Indonesia.

4. Membuka Forum Komunikasi Lintas Suku, Ras, dan Agama
Forum komunikasi lintas suku, ras, dan agama dalam masyarakat multkultural seperti bangsa Indonesia sangat diperlukan sebagai sarana pembentukan hubungan. Forum-forum komunikasi ini bersifat universal seperti OSIS, karang taruna, KNPI, sekolah-sekolah umum, serta organisasi-organisasi yang lain. Dalam forum seperti ini segala orang dari berbagai suku, adat, etnis, ras, dan agama dipersatukan serta menjalin hubungan erat. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat dapat diminimalisasi. Dengan begitu, permasalahan akibat keragaman dapat dicegah sedini mungkin.

Pada deskripsi di depan telah diuraikan secara jelas tentang peristiwa yang terjadi akibat keanekaragaman dan upaya pencegahannya. Kasuskasus yang diungkapkan di depan merupakan bukti nyata betapa keanekaragaman yang dimiliki Indonesia berpotensi besar memunculkan konflik sosial. Padahal konflik Poso dan konflik di Kalimantan Barat bukanlah satu-satunya konflik yang terjadi. Masih banyak konflik etnis muncul di berbagai wilayah yang menimbulkan trauma mendalam bagi warganya seperti konflik di Papua, Kupang, Aceh, dan lain-lain. Nah, sekarang cobalah analisis serta kaji satu contoh peristiwa akibat keanekaragaman yang dimiliki Indonesia dengan melakukan aktivitas di bawah ini.
a. Carilah satu contoh peristiwa atau kasus akibat keanekaragaman Indonesia dengan memanfaatkan berita-berita di media massa atau internet.
b. Kaji dan analisislah kasus di atas. Ungkapkan apa yang menjadi penyebabnya serta temukan hubungan antara peristiwa tersebut dengan keanekaragaman yang ada.
c. Berdasarkan kasus di atas, cobalah untuk berpikir kritis dalam menyikapi peristiwa tersebut dengan menentukan gagasan dan cara tepat menyelesaikan dan menangani kasus tersebut.
Tulislah hasil dari semua aktivitas ini dalam bentuk tulisan yang menarik.
Selanjutnya presentasikan di depan kelas.


RANGKUMAN
Keberadaan Indonesia sebagai suatu bangsa menyimpan banyak keanekaragaman, seperti keanekaragaman etnis, suku, agama, bahasa, tradisi, dan adat istiadat yang membentuk kelompok-kelompok sosial. Selain sebagai sesuatu yang berharga keanekaragaman yang ada mampu menimbulkan konflik apabila perbedaan dipandang sebagai sesuatu yang harus dipersamakan, jiwa nasionalisme perlu ditumbuhkan, dan toleransi antarperbedaan diperkuat.
Untuk memahami lebih lanjut materi ini, salin dan lengkapilah beberapa pengertian di bawah ini ke dalam buku catatanmu dengan menggunakan beragam sumber pustaka.
1. Faktor penyebab multikultural di Indonesia:
a. Faktor sejarah Indonesia.
b. Faktor geografis.
c. . . . .
d. . . . .
2. Dampak perubahan dalam masyarakat yang beragam:
a. Munculnya konflik vertikal.
b. Munculnya konflik horizontal.
c. . . . .
3. Upaya pencegahan munculnya masalah keragaman suku bangsa.
a. Melakukan penyatuan ras, suku, dan agama.
b. Menumbuhkan sikap nasionalisme.
c. . . . .
d. . . . .

A. Jawablah pertanyaan dengan tepat!
1. Jelaskan mengapa bangsa Indonesia dikatakan sebagai masyarakat multikultural yang rumit dan unik!
2. Jelaskan penyebab masyarakat majemuk di Indonesia!
3. Jelaskan secara singkat asal usul munculnya keanekaragaman suku bangsa Indonesia!
4. Jelaskan secara singkat kehidupan suku bangsa Nias!
5. Apa keistimewaan dari suku bangsa Bugis-Makassar?
6. Jelaskan bilamana konflik horizontal dapat terjadi!
7. Jelaskan hubungan antara perubahan dengan proses integrasi bangsa!
8. Jelaskan mengapa toleransi merupakan kunci dalam kehidupan masyarakat yang multikultural!
9. Dapatkah perkawinan multiras dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencegah permasalahan akibat keanekaragaman?
10. Jelaskan kendala-kendala yang dihadapi Indonesia dalam mencapai integrasi!